Sekelompok peneliti di Selandia Baru mempelajari reaksi para sukarelawan terhadap bau yang umum dan menemukan bahwa mereka terkait dengan gen spesifik yang tampaknya menentukan apakah orang dapat atau tidak dapat menciumnya. Aroma-aroma — malt, apel, keju biru, dan senyawa bunga yang ditemukan di violet — ditemukan dalam banyak makanan dan minuman yang orang-orang temui setiap hari. Karena aroma memainkan peran utama dalam rasa, ini bisa berarti bahwa setiap orang di meja makan Anda memiliki pengalaman kuliner yang berbeda dengan DNA.

Kenapa Kita Ciuman? (Mungkin 2024).